Kamis, 03 Mei 2018

Duka Komariyah, niat dapat sembako gratis berujung anak tewas terinjak


Berita Berlian - Jumat, 3 Mei 2018, merupakan hari yang ditunggu-tunggu oleh Komariyah, warga Pademangan, Jakarta Utara. Di hari itu, ia akan datang ke acara pembagian sesmbako gratis yang digelar di Lapangan Silang, Monumen Nasional (Monas), Jakarta Pusat.


Beberapa hari sebelumnya, Komariyah mendapatkan kupon tersebut dari tetangganya namun beda RW. Saat itu, ia tergiur untuk mengajak anaknya, Rizki Syahputra (10) karena iming-iming terdapat area bermain untuk sang buah hati.


Usut punya usut, acara tersebut digelar oleh Forum Untukmu Indonesia (FUI)


"Naik dari Ancol sampai sana (Monas) saya jam 10 turunnya masih jauh dari lokasi (pembagian sembako) itu saya gendong rizki itu," kata Komariyah mengawali cerita di kediamannya, Pademangan, Jakarta Utara, Rabu (3/5).


Sayang, tubuhnya yang sudah tak muda lagi letih usai menggendong mendiang Rizki. Alhasil, ia memutuskan untuk tidak mengantri dulu untuk mengambil sembako. Dia menyebut saat itu sekitar pukul 11.00 Wib dan antrian sudah menyemut. Rizki pun minta diturunkan dari gendongan dan mengaku lapar.

"Saya bilang emak capek, emak nggak ngantri. Antrean penuh," kisahnya.

Saat itu seingatnya ada delapan orang di depannya yang sedang ikut mengantre. Malang, ia dan mendiang Rizki dirangsek oleh orang-orang dari belakang yang juga ingin menukarkan kupon tersebut.

Keduanya pun terdorong-dorong
"Sudah di belakang saya ngantri di situ, ada delapan orang mah ya. Saya di situ berdiri sama Rizki. Nggak tahunya ada gerombolan dari belakang ngedorong untung Rizkinya nggak jatuh," kenang Komariyah.


Komariyah menuturkan, kondisi sudah tidak kondusif. Saling dorong pun tidak terhindarkan. Saat dirinya menoleh ke belakang untuk melihat dan menghindar dorongan dari belakang, Rizki justru terdorong jatuh dari antrean di depannya.


"Ada yang ngedorong dari depan. Jatuh anak saya keinjak juga kakinya. Akhirnya saya belum sempat ngambil makanan, saya sobek kupon, saya gendong anak saya. Saya bawa ke belakang sana ke tenda deket pohon," ungkap Komariyah sambil menahan air mata.


Komariyah lemas. Terlebih saat melihat Rizki tidak mampu berdiri dan lemas. Komariyah pun menyuruh anak bungsunya itu untuk rebahan di rumput. Tapi, kata Komariyah, Rizki malah muntah dan kejang.


"Saya tidurin di rumput, muntah-muntah, langsung kejang. Sudah kejang saya minta tolong sama ada lima orang laki-laki di stand, saya minta tolong saja enggak ditolongin," cerita dia.

'Maafin Emak ya Rizki'

Sambil menahan air matanya, Komariyah menyampaikan penyesalannya sudah mengajak Rizki ke acara gratisan tersebut.

"Saya makamin sebelah bapaknya. Maafin emak ya Rizki," rintih Komariyah.

Saat Rizki tengah lemas usai terinjak-injak antrean, seorang aparat TNI datang membantu. Rizki pun dibawa ke stand kesehatan dengan motor. Namun, kata Komariyah, Rizki tidak langsung ditangani. Dokter di stand kesehatan kemudian merujuk Rizki ke RSUD Tarakan.


"Ada bapak ABRI nolong anak saya, langsung dia bawa ke stand kesehatan dibawa pakai motor. Saya di sana tuh nggak ada penanganan apa-apa. Yaudah dokternya bilang rujuk aja rujuk langsung ke RSUD Tarakan," ungkap Komariyah.


Sambil terisak Komariyah bercerita, saat pukul 02.00 Wib, Minggu (29/4) dinihari, Rizki dibawa ke ruangan PICU. Bungsu dari empat saudara itu pun menghembuskan napas terakhir ketika waktu menunjuk pukul 04.35 Wib.


"Pas jam dua dibawa ke ruang PICU di atas ya. Nah pas di ruang situ dirawat sampai meninggalnya. Saya dibilangin masih ada napasnya jam 04.00 Wib, dia meninggal jam 04.35 Wib," ungkap dia.


Sebelumnya, Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes raden Argo Prabowo Yuwono mengatakan jika mendiang Rizki ditemukan di luar pagar dan tidak dalam keadaan sedang mengantresembako. "Kita temukan di luar pagar tergeletak," kata Argo. "Kita temukan tidak mengantre," tambahnya.


Pihaknya mendapat laporan pada tanggal 28 April sekitar pukul 15.00 ada anak laki-laki berumur 13 tahun pingsan di luar area Monas atau di seberang Mabes Angkatan Darat. Anak ini kemudian dibawa Satpol PP ke RS Tarakan.


"Setelah dicek di RS Tarakan masih hidup. Kemudian beberapa menit kemudian korban meninggal dunia," jelasnya.


Argo menambahkan anak tersebut meninggal karena suhu badan yang tinggi dan kekurangan cairan atau dehidrasi.


Seorang anak lainnya yang meninggal dunia berumur 11 tahun. Ia meninggal dunia di RS Tarakan pada Minggu (29/4) pada pukul 05.00 Wib.







0 komentar:

Posting Komentar